Untuk memudahkan seseorang mengubah sikapnya dan menyesuaikan dengan kondisi yang sedang berlangsung, maka seseorang juga harus mengganti baju atau busana yang sedang dipakainya. Karena baju yang dipakai mencerminkan sikap yang seharusnya ditampilkan.
Kesepuluh busana tersebut meliputi :
- Busana PolisiTentu saja sesuai dengan sikap yang ditunjukkan oleh para anggota polisi profesional, yaitu penuh dengan senyuman dan tetap semangat dalam melindungi, melayani dan mengayomi putra-putrinya di rumah. Kehadiran orangtua yang bersikap seperti halnya polisi profesional, akan membuat anak-anak di rumah merasa nyaman dan aman. Suasana aman seperti ini akan membuat anak-anak lebih tenang serta dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sebagai individu yang memiliki berbagai potensi unggul. Dalam hal demikian, maka orangtua dapat memakai busana polisinya.
- Busana GuruSikapnya adalah dengan penuh kesabaran mengajarkan berbagai hal kepada putra-putrinya hingga akhirnya anak-anak pun lebih mengerti dan bertambah pintar.Kemudian dengan penuh kasih sayang mengajarkan kepada anak-anaknya secara bertahap hingga akhirnya anak-anak mulai mengerti. Dengan memakai busana guru, orangtua dituntut untuk mengajarkan berbagai hal baru kepada anak sebagai "murid" di rumah.
- Busana HakimTerhadap berbagai masalah dalam keluarga, orangtua hendaknya juga bersikap adil, tegas dan berwibawa seperti layaknya seorang hakim. Terhadap anak-anak tentu tidak tepat jika orangtua bersikap pilih kasih. Misalnya : hanya kepada anak yang penurut yang selalu dibela, sementara anak yang sering membantah atau kurang penurut cenderung untuk disalahkan.
Sebagai layaknya seorang hakim, seyogyanya setiap orangtua juga bersikap adil terhadap semua anaknya di rumah.
- Busana PramukaInilah yang perlu diperhatikan oleh para orangtua apabila mengenakan busana seragam pramuka. Artinya, sikap terhadap anak adalah sikap terhadap seorang teman, penuh rasa persahabatan. Tidak sok kuasa atau sewenang-wenang.
Seorang anggota pramuka selalu bekerjasama dan bergotong royong menghadapi setiap masalah. Begitu pula yang harus dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya apabila mengenakan busana ini. Menganggap anak adalah sahabat sejati yang bisa diajak kerja sama dengan kompak, bukannya sebagai sub-ordinat yang bisa diperintah secara sewenag-wenang.
- Busana SekolahOrangtua yang mengenekan busana sekolah, hendaknya juga mau tampil rendah hati. Artinya : berani menghargai anak juga sebagai guru yang perlu diperhatikan ajaran-ajarannya. Ajaran-ajaran? Sebagai guru? Mungkin ada yang bertanya, apa tidak salah? Mana mungkin anak yang masih ingusan sampai kita anggap sebagai guru? Apa bukan mengada-ada? Bukan. Meskipun masih anak-anak, banyak hal positif yang dapt kita pelajari dari mereka. Misalnya kejujurannya. Pada dasarnya setiap anak jujur dan berani mengatakan suatu kebenaran tanpa takut sedikitpun. Bukankah kita semua perlu belajar pada anak mengenai kejujuran?
Lalu kreativitas. Hampir semua anak di dunia memiliki kreativitas alamiah yang sangat cemerlang. Ciri-ciri kreativitas seperti : bebas dalam berpikir, tidak takut salah, berani mengambil resiko, spontan, imajinatif, rasa ingin tau yang besar, dan sebagainya. Ini sangat lekat dengan kehidupan anak-anak. Nah, bukankah dalam hal ini pun kita perlu belajar pada anak-anak kita sendiri?
Dengan mengenakan busana seragam sekolah, setiap orang tua perlu bersikap rendah hati, mau belajar berbagai hal baru, dan cermat mendengarkan apapun yang dikatakan oleh anak-anak kita di rumah.
- Busana OlahragaPara orang tua yang mengenakan busana olahraga, sikapnya hendaknya sama seperti para olahragawan. Dalam menghadapi anak-anaknya, orang tua hendaknya tidak menampilkan sikap mau menang sendiri. Disamping kita perlu berusaha untuk senantiasa tetap sehat, melatih berbagai keterampilan kita (khususnya dalam menghadapi anak), juga tidak mudah menjadi berang atau ngambek apabila sesekali harus "kalah" dengan anak-anak.
"Pertandingan" dengan anak hendaknya tetap bisa dilihat dari kacamata seorang olahragawan, dimana kemenangan harus direbut secara sportif melalui keunggulan masing-masing pihak dan bukannya kekuasaan secara otoriter.
- Busana BadutOrang tua yang mengenakan busana badut akan bersikap penuh humor dan menciptakan suasana gembira ditengah-tengah anak-anak tercinta di rumah,bukannya justru sikap yang serba angker atau terlalu serius. Mengenakan busana badut juga terkandung sikap kreatif dalam menghadapi anak. Penuh dengan ide-ide cemerlang yang bisa membuat anak termotivasi untuk melakukan berbagai hal positif.
- Busana ManajerOrang tua yang mengenakan busana manajer, diharapkan mereka dapat bertindak lebih sistematis, merencanakan berbagai program kegiatan untuk anak-anaknya, mencatat secara teliti setiap tahap perkembangan anak sampai dengan mengevaluasi berbagai rencana yang telah dilakukan.
Anak-anak yang memperoleh pengarahan kegiatan secara jelas dan teratur merasa lebih tenang dan mudah mengembangkan dirinya secara lebih optimal.
- Busana DokterAnak-anak sebagai individu yang tengah tumbuh, bagaimanapun masih penuh dengan kekeliruan dalam melangkah. Dalam hal demikian bukanlah sikap yang kasar atau kemarahan yang diharapkan oleh seorang anak, tetapi justru upaya penuh kasih sayang untuk "mengobati" kesalahan-kesalahan tersebut. Membuat anak tumbuh lebih sehat dengan memberikan "vitamin" mental kepada anak adalah salah satu sikap seorang ibu atau ayah yang mengenakan busana dokter.
- Busana SantaiOrang tua yang mengenakan busana santai juga bebas mengekspresikan dirinya, bukan lagi dibebani dengan statusnya sebagai orang tua. Artinya, saat itu ia betul-betul hanya memikirkan dirinya sendiri. Apakah akan pergi shopping, bermain golf, memancing, nonton film, arisan, atau apapun yang disukainya. Dengan mengenakan busana santai, orang tua memperoleh kesempatan untuk berkembang menjadi dirinya sendiri. Tidak harus terpaku dengan statusnya sebagai orang tua secara terus menerus yang akan menyebabkan anak akhirnya menjadi stress.
Diharapkan, dengan mengandaikan diri sedang mengenakan busana-busana tersebut orang tua akan dapat lebih mudah mengatur sikapnya sesuai dengan keadaan, sehingga anak-anak akan merasa lebih dihargai dan lebih bahagia.
Sumber : "Kak Seto, Sahabat Anak-Anak" Evi Manai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar